
Jakarta - Beberapa hari terakhir publik berdecak kagum dengan unggahan fasilitas Stadion Utama Sumatera Utara (SUSU) yang mewah di media sosial.
Venue yang dibangun khusus untuk perhelatan PON XVIII Aceh-Sumut itu bakal jadi tempat Turnamen Piala Kemerdekaan yang melibatkan Timnas Indonesia U-17 pada 10-18 Agustus mendatang.
Turnamen segiempat dengan sistem round robin nanti rencananya juga mengundang Timnas Afrika Selatan U-17, Timnas Tajikistan U-17, dan satu peserta sedang dalam proses pendekatan. Kemungkinan besar Timnas Panama U-17 akan mengisi slot keempat.
Sebelum PON VII di Surabaya tahun 1969, Medan dan Makasar, menjadi dua kota di luar Jawa yang pernah didaulat sebagai host PON III dan IV. Setelah itu pelaksanaan berkutat di Jawa.
Namun sejak PON 2004, Pemerintah dan KONI Pusat menerapkan kebijakan penyelenggaraan pesta olahraga multicabor itu digelar bergiliran di luar Pulau Jawa.
Upaya ini guna pemerataan pembangunan fasilitas olahraga di daerah, membangkitkan ekonomi, dan agar jalinan persatuan Nasional makin kuat. Karena kontingen luar daerah bisa mengenal potensi wilayah, adat, dan budaya kota tempat penyelenggara PON.
Keluar Masuk Jawa

Konsekuensi yang mengikuti kebijakan tersebut, maka tuan rumah membangun kompleks olahraga, termasuk stadion besar dan megah untuk pelaksanaan berbagai lomba dan kejuaraan cabor yang dipertandingkan di PON.
Sumsel ditunjuk sebagai tuan rumah PON XVI dengan pusat kegiatan di Palembang. Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring pun mulai dibangun pada tanggal 1 Januari 2001.
Berikutnya Kalimantan Timur menjadi penyelenggara PON XVII 2008 dengan sentral aktifitas di Ibukota Samarinda. Stadion Utama Palaran pun berdiri megah. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan stadion yang membutuhkan kocek Rp800 miliar ini.
Empat tahun berselang, Propinsi Riau dapat giliran menghelat PON XVIII 2012 dengan membangun Stadion Utama Riau menghabiskan anggaran Rp1,18 triliun.
PON XIX kembali ke Jawa dengan Jabar sebagai tuan rumah. Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) pun berdiri gagah di daerah Gedebage, Kota Bandung, setelah menelan biaya Rp545 miliar.
Usai dari Bandung, pesta olahraga Nasional ini keluar lagi dari Jawa lagi. Secara berurutan Papua menghelat PON XX 2020 dan Aceh-Sumut untuk PON XIX 2024. Stadion Lukas Enembe menjadi venue termewah di Papua berkat biaya Rp1,3 triliun. Disusul Stadion Utama Sumatera Utara yang terletak di Deli Serdang berbiaya Rp587 miliar.
Masalah Maintenance

Seiring berjalannya waktu, stadion-stadion itu seakan vakum dari kegiatan olahraga, khususnya sepak bola yang menarik animo besar publik datang menyaksikan pertandingan.
Hak kepemilikan stadion yang berada di bawah otoritas Pemerintah Provinsi setempat menyulitkan proses pemakaian. Apakah berbentuk sewa atau pengelolaan. Karena pemerintah setempat butuh biaya besar untuk perawatan fasilitas stadion. Artinya, kita bisa membangun stadion megah, tapi merawat dengan terengah-engah.
Dari enam stadion megah itu hanya hitungan jari yang masih dalam kondisi terawat baik dan untuk menggelar even Nasional dan Internasional.
Beruntung, Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring pernah jadi saksi bisu kejayaan klub Sriwijaya FC. Stadion ini juga dipakai sebagai salah satu venue pertandingan Piala Asia 2007 sebagai pendamping Stadion Utama Gelora Bung Karno. Stadion ini sempat menjadi stadion utama pada upacara pembukaan dan penutupan SEA Games 2011 di Palembang.
Stadion Gelora Bandung Lautan Api alias GBLA dikelola Persib untuk laga kandang. Bangunan megah ini masih gegap gempita oleh suara ribuan Bobotoh yang menyuntik motivasi langsung kepada pemain Pangeran Biru.
Stadion Pekanbaru cukup bersyukur pernah dimanfaatkan untuk babak Kualifikasi Piala Asia U-22 2013. Stadion ini juga mulai digunakan kembali pada 2017 oleh PSPS untuk Liga 2.
Memprihatinkan

Namun pada tahun 2019, dilaporkan bahwa kondisi stadion dalam keadaaan yang memprihatinkan, di mana terjadi kerusakan dan vandalisme pada berbagai sudut stadion.
Stadion Palaran di Samarinda tampaknya juga mati suri. Stadion ini sempat ditunjuk PSSI menggelar babak final dan 8 besar Divisi Utama Liga Indonesia 2008.
Persisam juga tak lama memakai stadion ini putaran kedua Indonesia Super League 2014. Setelah itu, Stadion Palaran menjadi tuan rumah perhelatan Piala Gubernur Kaltim II 2018.
Sementara ironisnya, satu-satunya klub Super League di Kaltim, Borneo FC memilih Stadion Segiri sebagai kandang alih-alih menggunakan Stadion Palaran yang lebih megah.
Kita tunggu kebangkitan Persipura dan PSMS ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Agar Stadion Lukas Enembe di Papua dan Stadion Utama Sumatera Utara tak sia-sia dan semarak dengan kehadiran suporter mendukung Persipura dan PSMS.